Posted by : magchuz
Rabu, 28 September 2016
Jenis-jenis
Penelitian
Klasifikasi
jenis penelitian sebetulnya relatif sangat beragam dan tergantung dari aspek
mana penelitian tersebut diklasifikasikan. Pengklasifikasian jenis-jenis
penelitian ini sebenarnya hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasikan
penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita.
1. Klasifikasi Penelitian
Berdasarkan Pendekatan
A. Penelitian Kuantitatif
(Quantitative Research)
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
B. Penelitian Kuliatatif
(Qualitative Research)
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
C. Penelitian Perkembangan
(Developmental Reseach)
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
2. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan
Waktu
A. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu
yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda
untuk diperbandingkan. Satu hal yang diingat bahwa pengertian satu waktu
tertentu tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, bulan atau tahun
saja. Tidak ada batasan baku untuk menunjukkan satu waktu tertentu. Akan
tetapi, yang digunakan adalah bahwa penelitian itu telah selesai. Dengan
demikian, bisa saja seorang melakukan penelitian di bulan Januari, kemudian
karena ada keperluan mendesak, pada bulan Februari dan Maret, ia kembali ke
rumahnya. Pada bulan April, ia kembali lagi kelapangan untuk meneruskan
pengumpulan data. Sekalipun peneliti mendatangi lokasi penelitian sebanyak dua
kali, ia tetap dikategorikan melakukan penelitian cross-sectional.Dengan
demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang digunakan
untuk menentukan bahwa penelitian itu merupakan penelitian cross-sectional.
B. Penelitian Longitudinal
Penelitian jenis ini
dilakukan antarwaktu. Dengan demikian, setidaknya terdapat dua kali penelitian
dengan topik dan gejala yang sama, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Namun bukan berarti jika ada dua penelitian yang dilakukan dalam waktu yang
berbeda dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam
penelitian longitudinal, tetapi ada kata kunci yang harus dipegang,
yaitu adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian. Dengan kata lain, penelitian longitudinal sudah
direncanakan sejak awal penelitian, dan bukannya secara kebetulan terjadi.
Penelitian longitudinal merupakan
penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi.
Penelitian longitudinal terbagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu:
·
Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang
sama dengan waktu yang berbeda, serta responden atau informan yang berbeda.
·
Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan
waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang sama. Dengan penelitian
ini, seseorang akan diteliti minimal sebanyak dua kali. Permasalahan yang
seringkali muncul dalam penelitian ini adalah jika jangka waktu antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya berdurasi cukup lama
sehingga ada kemungkinan responden yang dulu dijadikan sampel, kina sudah tidak
bisa ditemui lagi, bisa jadi karena dia sudah meninggal dunia atau bisa juga
karena sudah pindah rumah.
·
Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama, yang
dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki
karakteristik yang sama. Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda,
tetapi memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apa pun juga.
Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat tinggal,
kesamaan keturunan, kesamaan alumni, kesamaan latar belakang pekerjaan,
kesamaan status, dan lain sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian
di tahun 1990 kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita
melakukan penelitian yang sama dengan orang-orang yang berusia 55 tahun. Karakteristik
apa yang sama? Mereka adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1945. Dengan
demikian, karakteristik yang sama adalah tahun kelahiran. Tidak hanya itu,
ternyata peneliti menginginkan agar semua orang yang diteliti pada tahun 1965
berusia 20 tahun sehingga dapat mengetahui tentang kejadian pemberontakan G 30
S PKI, dan sama-sama mengalaminya.
3. Klasifikasi Penelitian
Berdasarkan Tempat
A. Penelitian
Lapangan (field research)
Penelitian
lapangan dilakukan dalam kancah kehidupan sebenarnya. Misalnya saja penelitian
tentang kehidupan para guru, masalah religiusitas masyarakat desa, penelitian
anak-anak pencandu narkoba, dan lain-lain. Penelitian lapangan pada hakekatnya
merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang tengah
terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian
mengenai beberapa masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan
mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial.
B. Penelitian
Perpustakaan (library research)
Penelitian
perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
macam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa;
buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan
lain-lain. Pada hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian
perpustakaan tersebut dijadikan fundasi dasar dan alat utama bagi praktek
penelitian di tengah lapangan.
C. Penelitian
Laboratorium (laboratory research)
Penelitian
jenis ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah dan
kerja ilmiah. Tujuan penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah:
mengumpulkan data, mengadakan analisa, mengadakan test, serta memberikan
interpretasi terhadap sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan
kecenderungan gerak satu gejala sosial dalam satu masyarakat tertentu.
Laboratorium pengetahuan sosial ini memberikan bimbingan pada sejumlah ilmuwan
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian secara
kooperatif.
4. Klasifikasi
Penelitian Berdasarkan Tujuan
A.
Penelitian Eksploratif
Penelitian
ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang relatif masih baru. Dapat
dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau gejala yang selama ini belum
pernah diketahui atau dirasakan.
Contoh
yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan virus baru. Dalam ilmu
sosial studi kelayakan merupakan jenis penelitian yang berupa mengeksplorasi
tentang suatu fenomena yang baru. Mengingat bahwa topik yang akan diteliti
merupakan topik yang baru, penelitian ini biasanya memiliki sifat kreatif,
fleksibel, serta terbuka bagi berbagai informasi yang ada. Biasanya penelitian
ini menghasilkan teori-teori yang baru, pengembangan dari teori yang sudah ada.
Dengan topik atau gejala yang baru, maka seringkali penelitian ini diidentikkan
dengan penelitiaan yang selalu menggunakan pertanyaan “APA” dan “SIAPA” dalam
menggali informasi. Tujuan dari penelitian eksplorasi sendiri adalah;
mengembangan gagasan dasar mengenai topik yang baru dan memberikan dasar bagi
penelitian lanjutan.
B. Penelitian
Deskriptif
Penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini
berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata
bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji
hepotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi.
Penelitian ini bisa juga dikatakan sebagai
kelanjutan dari penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif telah
menyediakan gagasan dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih
detail. Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan
pertanyaan “BAGAIMANA” dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah; menggambarkan mekanisme sebuah proses dan
menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
C. Penelitian
Eksplanatif
Penelitian ini dilakukan
untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala
terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan
sebab akibat. Penelitian ini sering diidentikkan dengan penelitian yang
menggunakan pertanyaan “MENGAPA” dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan
dari penelitian eksplanatif adalah; menghubungkan pola-pola yang berbeda namun
memiliki keterkaitan dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
5. Klasifikasi
Penelitian Berdasarkan Taraf Penjelasan
Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri,
tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain. Peneliti berusaha
mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa
adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer,
fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto) kemudian
dijelaskan seperti apa adanya (dicetak jadi foto yang menggambarkan objek apa
adanya.
Contoh:
penelitian terhadap kemampuan menulis paragraf siswa kelas VII SMP 20 Bandung
tahun pelajaran 2005-2006. Pengumpulan data dilakukan dengan cata tes
menulis paragraf. Hasil tes kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan tingkat
kemampuan atau keterampilan siswa SMP tersebut dalam menulis paragraf.
Penelitian
komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan dua variabel atau
lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak berhubungan atau mandiri. Tujuan
penelitian ini antara lain untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana
yang sebaiknya dipilih.
Contoh
: perbandingan kemampuan membaca siswa laki-laki dan siswa perempuan
di SDN I Sayang Sumedang. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan tes kemampuan membaca siswa laki-laki dan perumpuan. Hasil tes
kelompok laki-laki dan perempuan dipisahkan. Lalu dilakukan perhitungan jumlah
dan rata-rata hasil tes kedua kelompok. Dari rata-rata hasil tes sudah bisa
dilihat ada tidaknya perbedaan. Tetapi untuk mengetahui lebih pasti
signifikan tidaknya perbedaan itu, bisa dilakukan pengujian secara statistik
yaitu dengan menggunakan uji t (T-test) atau ANOVA.
Penelitian
asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari hubungan antara satu
varibal dengan varibal lain. Hubungannya bisa simetris, kausal, atau
interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan anatara dua variabel yang
bersifat sejajar, sama. Contoh penelitian asosiatif simetris : hubungan
antara kemampuan matematis dengan kemampuan berbahasa. Hubungan kausal
adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Salah satu variabel
(independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh
penelitian kausal : pengaruh kekerapan membaca terhadap kemampuan
efektif membaca. Hubungan interaktif adalah hubungan antar variabel yang saling
mempengaruhi. Contoh : Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan
kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai
biaya untuk belajar sehingga pandai).
Teknik
analisis penelitian asosiatif menggunakan teknik analisis kuantitatif
(statistik). Perhitungan untuk mengatahui hubungan dan pengaruh antar variabel
itu antara lain perhitungan koefesien korelasi rank Spearmandan
Person Product moment.
1. Klasifikasi
Penelitian Berdasarkan Bidang Ilmu
A. Penelitian Esakta
Penelitian esakta
lebih mengutamakan data dri hasil-hasil eksperimen. Penelitian ini sebagian
besar dengan perhitungan-perhitungan dan analisis kuantitatif. Dapat diadakan
kapan saja, dan bila di tes lagi, peluang terjadi persamaan lebih besar. Dengan
kata lain, generalisasikan dapat diterapkan pada penelitian lain, sejauh
variabelnya sama. Contohnya, daya tembus sinar radioaktif (α, β, γ). Dibagi menjadi
beberapa disiplin ilmu, yaitu
–
Biologi
–
Kimia
–
Fisika
–
Kedokteran
–
Astronomi
–
Geologi
–
Geografi
B.
Penelitian
Non-Esakta
Penelitian non-esakta lebih menekankan pada pola-pola
hubungan dan tatanan dalam masyarakat. Kejadian bersifat situasional dan
dinamis, tergantung pada kondisi sosiokultural masyarakat. Pengolahan data
menggunakan analisis kualitatif Sulit digeneralisasikan meskipun
variael-variabelnya sama. Contohnya, penelitian mengenai budaya masyarakat
migran, presepsi masyarakat terhadap modernisasi. Dibagi menjadi beberapa
bidang ilmu diantaranya :
–
Agama/Teologi
–
Sejarah
–
Antropologi
–
Sosiologi
–
Pendidikan
–
Psikologi
–
Filsafat
7. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode
A. Penelitian Sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
(b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a) sumber primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b) Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti : ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a) dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b) Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c) Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
(d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya apa yang dimaksudkan oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
(a) Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b) Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a) Selain data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
(b) Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan kritik internal.
(c) Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis data.
Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik (pengumpulan data)
b. Kritik (verifikasi)
c. Interpretasi (penafsiran)
d. Histiriograf (penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
(b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a) sumber primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b) Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti : ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a) dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b) Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c) Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
(d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya apa yang dimaksudkan oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
(a) Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b) Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a) Selain data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
(b) Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan kritik internal.
(c) Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis data.
Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik (pengumpulan data)
b. Kritik (verifikasi)
c. Interpretasi (penafsiran)
d. Histiriograf (penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian
B. Penelitian Eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.
C. Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu.
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu.
Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan
informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar
variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey
mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat,
perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.
8. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Penggunaan Hasil
A. Penelitian Dasar (basic/fundamental research)
Penelitian dasar adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah, meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang dihasilkan dapat mendasari pemecahan masalah praktis.
Penelitian dasar adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan konsep-konsep, prinsip, generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah, meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang dihasilkan dapat mendasari pemecahan masalah praktis.
B. Penelitian Terapan
(applied research)
Penelitian terapan dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak semata-mata untuk mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah praktis, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
Penelitian terapan dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah dan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak semata-mata untuk mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk pemecahan masalah praktis, sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan.
C. Penelitian Tindakan
(action research)
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan peahaman tentang praktik-praktik pendikan secara utuh, mengembangkan profesional, dan meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan implikasi yang harus diperhatikan. Pertama, penelitian tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan seperti ketrampilan mengajar. Keempat, harus dilakukan untuk acuan melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a) Untuk memperbaiki praktik
b) Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru para praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan dalam praktik atau situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan dari tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses dan peahaman tentang praktik-praktik pendikan secara utuh, mengembangkan profesional, dan meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan implikasi yang harus diperhatikan. Pertama, penelitian tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan seperti ketrampilan mengajar. Keempat, harus dilakukan untuk acuan melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a) Untuk memperbaiki praktik
b) Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru para praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan dalam praktik atau situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan dari tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Sumber :
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Pengajar : Indri Sudanawati Rozas, M.Kom
Oleh : [H76216065] M. Faruq Rahman M.